Sisa-sisa hantaman tsunami Aceh, 2004 |
Indonesia menduduki peringkat 1 (pertama) dalam hal Tsunami. Data dan fakta membuktikan, Indonesia adalah salah satu negara yang paling rentan terhadap bencana, dibanding negara-negara lain di dunia.
Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, Indonesia memiliki berbagai jenis bencana seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, banjir, tanah longsor, kekeringan, dan kebakaran hutan.
Data dari Badan PBB untuk Strategi Internasional Pengurangan Resiko Bencana (UN-ISDR) menyebutkan bahwa dalam paparan terhadap penduduk atau jumlah manusia yang ada di daerah yang mungkin kehilangan nyawa karena bencana, Indonesia sangat tinggi risiko bencananya.
Untuk bencana tsunami, Indonesia menempati ranking pertama dari 265 negara di dunia, dengan jumlah 5.402.239 orang yang akan terkena dampaknya. "Untuk bencana tanah longsor, Indonesia juga ranking pertama dari 162 negara dengan 197.372 orang terdampak," kata Sutopo, Rabu 10 Agustus 2011.
Untuk bencana gempa bumi, Sutopo menambahkan, Indonesia adalah rangking ke 3 dari 153 negara dengan 11.056.806 orang terdampak. "Untuk bencana banjir, Indonesia rangking ke 6 dari 162 negara dengan 1.101.507 orang terkena dampaknya," tambah dia.
Sementara, berdasarkan data Risk Profile yang dimuat dalam situs Prevention Web, Indonesia relatif aman dari bencana kekeringan, yakni menempati ranking 36 dari 184 negara. Sementara, untuk bencana angin topan, nusantara menduduki peringkat 67 dari 89 negara.
Tak hanya dampak pada manusia, bencana juga menimbulkan dampak ekonomi. Misalnya, ketika tsunami Aceh menerjang pada 2004. Saat itu, kerusakan dan kerugian ekonomi akibat bencana ditaksir mencapai Rp39 triliun.
Indonesia juga harus kembali menanggung kerugian ekonomi setelah berbagai bencana melanda wilayah ini. Catatan BNPB menemukan, gempa bumi Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 2006 menyebabkan kerugian dan kerusakan senilai Rp27 triliun, banjir Jakarta pada 2007 (Rp4,8 triliun), gempa bumi Sumatera Barat pada 2009 (Rp21,6 triliun), dan erupsi Merapi pada 2010 di luar dari dampak lahar dingin sebesar Rp3,56 triliun.
"Bandingkan dengan kebutuhan untuk membangun Jembatan Suramadu sekitar Rp4,5 triliun dan kebutuhan JORR tahap II sepanjang 122,6 kilometer senilai Rp5 triliun. Artinya dampak bencana tersebut menurunkan laju pembangunan," kata Sutopo.
Padahal, ujar Sutopo, kemampuan pemerintah mengalokasikan dana cadangan penanggulangan bencana setiap tahun hanya sekitar Rp4 triliun. Terlebih lagi dana tersebut digunakan untuk mengatasi semua bencana besar maupun kecil yang terjadi di seluruh Indonesia.
Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, Indonesia memiliki berbagai jenis bencana seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, banjir, tanah longsor, kekeringan, dan kebakaran hutan.
Data dari Badan PBB untuk Strategi Internasional Pengurangan Resiko Bencana (UN-ISDR) menyebutkan bahwa dalam paparan terhadap penduduk atau jumlah manusia yang ada di daerah yang mungkin kehilangan nyawa karena bencana, Indonesia sangat tinggi risiko bencananya.
Untuk bencana tsunami, Indonesia menempati ranking pertama dari 265 negara di dunia, dengan jumlah 5.402.239 orang yang akan terkena dampaknya. "Untuk bencana tanah longsor, Indonesia juga ranking pertama dari 162 negara dengan 197.372 orang terdampak," kata Sutopo, Rabu 10 Agustus 2011.
Untuk bencana gempa bumi, Sutopo menambahkan, Indonesia adalah rangking ke 3 dari 153 negara dengan 11.056.806 orang terdampak. "Untuk bencana banjir, Indonesia rangking ke 6 dari 162 negara dengan 1.101.507 orang terkena dampaknya," tambah dia.
Sementara, berdasarkan data Risk Profile yang dimuat dalam situs Prevention Web, Indonesia relatif aman dari bencana kekeringan, yakni menempati ranking 36 dari 184 negara. Sementara, untuk bencana angin topan, nusantara menduduki peringkat 67 dari 89 negara.
Tak hanya dampak pada manusia, bencana juga menimbulkan dampak ekonomi. Misalnya, ketika tsunami Aceh menerjang pada 2004. Saat itu, kerusakan dan kerugian ekonomi akibat bencana ditaksir mencapai Rp39 triliun.
Indonesia juga harus kembali menanggung kerugian ekonomi setelah berbagai bencana melanda wilayah ini. Catatan BNPB menemukan, gempa bumi Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 2006 menyebabkan kerugian dan kerusakan senilai Rp27 triliun, banjir Jakarta pada 2007 (Rp4,8 triliun), gempa bumi Sumatera Barat pada 2009 (Rp21,6 triliun), dan erupsi Merapi pada 2010 di luar dari dampak lahar dingin sebesar Rp3,56 triliun.
"Bandingkan dengan kebutuhan untuk membangun Jembatan Suramadu sekitar Rp4,5 triliun dan kebutuhan JORR tahap II sepanjang 122,6 kilometer senilai Rp5 triliun. Artinya dampak bencana tersebut menurunkan laju pembangunan," kata Sutopo.
Padahal, ujar Sutopo, kemampuan pemerintah mengalokasikan dana cadangan penanggulangan bencana setiap tahun hanya sekitar Rp4 triliun. Terlebih lagi dana tersebut digunakan untuk mengatasi semua bencana besar maupun kecil yang terjadi di seluruh Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar